Dampak dan Respon Bangsa Indonesia Terhadap Imprialisme dan Kolonialisme (Bidang Budaya)

Dampak kolonialisme dan Imperialisme dibidang budaya (kelompok 4 xi ips 4) :

tersebarnya agama Kristen dan Katolik: 
Katolik pertama kali masuk di Nusantara, tepatnya Maluku, pada abad ke-16, yang dibawa oleh Portugis ketika sedang melakukan misi penjelajahan. 

Sementara agama Kristen Protestan dibawa oleh Belanda yang juga berada di Maluku, pada 1575. Masuknya bangsa Eropa ke Nusantara membawa pengaruh terhadap perkembangan agama Kristen dan Katolik. Hal ini sesuai dengan misi 3G (Gold, Glory, Gospel) yang mereka bawa. 

Adapun kaum misionaris dan zending bekerja keras untuk menyebarluaskan agama mereka dengan melakukan banyak kegiatan kemanusiaan, seperti mendirikan rumah sakit dan sekolah. Mereka juga aktif menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Melayu serta mulai mendirikan gereja Protestan dan Katolik di berbagai wilayah. Perkumpulan-perkumpulan keagamaan juga bermunculan, seperti Nederlands Zendeling Genootschap (NZG). 

Dengan demikian, proses proses penyebaran agama Kristen oleh kaum misionaris dan zending pada masa kolonialisme dan imperialisme Barat di Indonesia, yaitu dengan melakukan banyak kegiatan kemanusiaan dan menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Melayu serta mendirikan gereja di berbagai wilayah.


diserapnya bahasa asing menjadi bahasa Indonesia: 
Pada masa penjajahan terutama masa penjajahan Belanda, pemerintah kolonial sering berkomunikasi dengan bahasa Belanda.  

Kebiasaan tersebut sedikit banyak mempengaruhi budaya penduduk Indonesia terutama bidang bahasa. Beberapa kata dalam bahasa Indonesia memiliki kemiripan dengan bahasa Indonesia. Contohnya, kain untuk mengeringkan badan setelah mandi dalam bahasa Belanda adalah Handdoek, sedangkan dalam bahasa Indonesia adalah Handuk.  

masuknya seni musik keroncong:
Penjajahan bangsa-bangsa Eropa turut memengaruhi perkembangan seni musik di Indonesia. Bangsa-bangsa Eropa memperkenalkan berbagai alat musik seperti biola, selo (cello), gitar, seruling (flute), dan ukulele. Bangsa Eropa juga memperkenalkan sistem solmisasi dalam berbagai karya lagu. Pada masa penjajahan bangsa-bangsa Eropa, para musisi Indonesia memadukan musik Barat dengan musik yang telah dikenal masyarakat Indonesia. Contoh hasil perpaduan musik tersebut adalah musik keroncong. Musik keroncong merupakan jenis musik yang dihasilkan dari alat musik berdawai dengan alunan romantis yang berasal dari perpaduan musik barat dan timur.  


Dengan demikian, dampak penjajahan Eropa di bidang musik ialah berkembangnya musik keroncong di Indonesia, yang sebelumnya musik keroncong ini diperkenalkan oleh seorang pelaut Portugis Mestizos ke Tanah Betawi, pada 1661. 


serta adanya gaya arsitektur indis (indische):
Ilmu arsitektur khas bangsa Barat banyak digunakan pada masa penjajahan.Tak dimungkiri, Belanda, telah mewariskan segala bentuk infrastruktur dan bangunan-bangunan. 

Mereka membangun banyak rumah, penjara, benteng-benteng, gereja dan bangunan-bangunan umum lainnya dengan bentuk tata kota dan arsitektur yang sama persis dengan negara asalnya. 

Bangunan-bangunan yang ditinggalkan memiliki langgam arsitektur kolonial dengan mengadopsi gaya neo-klasik yang bertolak dari Yunani dan Romawi. 

Menurut Handinoto dalam Arsitektur dan Kota-Kota di Jawa pada masa Kolonial, terbitan Graha Ilmu, Yogyakarta (2012), ciri yang mencolok terletak pada bentuk dasar bangunan. 

Ciri khas ini terutama pada trap-trap tangga naik, bentuk pedimen (segitiga berisi relief mitos Yunani atau Romawi di atas deretan kolom), dan tympanum (konstruksi dinding berbentuk segitiga atau setengan lingkaran) yang diletakkan di atas pintu dan jendela sebagai hiasan. Banyak bangunan bersejarah seperti Lawang Sewu di Kota Semarang yang menjadi saksi bisu dampak kolonialisme di bidang budaya. 

1. Tindakan pemerintah Belanda untuk menghapus kedudukan menurut adat penguasa pribumi dan menjadikan mereka pegawai pemerintah,merutuhkan kewibawaan tradisional penguasa pribumi. 
 
2. Upacara dan tatacara yang berlaku di istana kerajaan juga disederhanakandengan demikian ikatan tradisi dalam kehidupan pribumi menjadi lemah.
 
3. Dengan merosotnya peranan politik maka para elit politik baik raja maupun bangsawan mengalihkan perhatiannya ke bidang seni budaya. Contoh PakuBuwono V memerintahkan penulisan serat Centhini, R.Ng Ronggo Warsitomenyusun Kitab Pustakaraya Purwa, Mangkunegara menyusun kitabWedatama dan lain-lain.
 
4. Budaya Barat secara meluas, bahkan merusak sendi-sendikehidupan budaya tradisional yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sebagaicontohnya, kebiasaan minum minuman yang dilakukan olehgolongan bangsawan. Kebiasaan tersebut bukan milik asli bangsaIndonesia, tetapi kebiasaan yang berlaku di kalangan bangsa Barat yangdibawa oleh para penjajah (Westernisasi menyebar lewat jalur pendidikandan pemerintahan).
 
5. Birokrat menggunakan bahasa belanda sebagai simbol status mereka.

Dalam kebudayaan masyarakat, gaya hidup mereka juga semakin bergeser, khususnya para pribumi kalangan atas. Gaya barat mulai mempengaruhi pola hidup masyarakat, misalnya saja gaya berpakaian. Perubahan gaya berpakaian ini tentunya tidak hanya untuk meningkatkan strata sosial dalam masyarakat saja, namun beberapa dilakukan untuk kepentingan pekerjaan. Para wanita pribumi mulai mengenal penggunaan dress dalam pesta-pesta, pakaian berenda, dan juga pakaian tidur. Sedangkan para pria mulai terbiasa dengan penggunaan jas dalam acara-acara pesta maupun dalam melakukan pekerjaanya.